Archive for the ‘Provinsi Bangka Belitung’ Category

Dulu, mungkin orang mengenal Belitung karena kekayaan timahnya. Tapi semua mulai berubah seiring dengan kesuksesan novel Laskar Pelangi dan adaptasi filmnya yang berjudul sama. Kesuksesan kisah tentang masa kecil Andrea Hirata, sang penulis novel tersebut, yang menayangkan eksotisme Pulau Belitung tersebut berdampak juga pada pariwisata Provinsi Bangka Belitung. Harian lokal Rakyat Pos memberitakan bahwa terjadi kenaikan penumpang angkutan udara di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Hal yang sama pun terjadi di Bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, dengan kenaikan pada periode Januari-Februari 2013 mencapai 4,4 persen.
Meningkatnya jumlah wisatawan tersebut juga menambah berjamurnya agen-agen perjalanan yang menawarkan berbagai paket liburan. Salah satu paket liburan yang menjadi andalan di Pulau Belitung selain wisata Laskar Pelangi ialah wisata pulau (island tour). Wisata dengan perahu nelayan ini memiliki rute tetap, apapun agen perjalanan yang digunakan. Start dari Pantai Tanjung Kelayang yang merupakan lokasi event tahunan Sail Belitong-Wakatobi, pengunjung akan diantar mendekati Batu Komodo sebelum berkunjung ke Pulau Pasir, Pulau Batu Berlayar, Pulau Burung, dan Pulau Lengkuas. Walau disebut wisata pulau, namun daya tarik sesungguhnya ialah keberadaan batu-batu granit berukuran raksasa dengan bentuk-bentuknya yang unik. Bisa dibilang, inilah geotrek laut di Pulau Belitung.

Picture12

Jalur wisata pulau di Tanjung Kelayang

Pantai Tanjung Kelayang
Pantai ini dikenal karena menjadi lokasi event tahunan Sail Belitong-Wakatobi. Lokasi pantai ini tidak jauh dari Pantai Tanjung Tinggi yang menjadi lokasi syuting film Laskar Pelangi. Seperti Tanjung Tinggi, di pantai ini pun banyak terdapat bongkah-bongkah granit dengan Batu Komodo sebagai point of view pantai ini. Tumpukan granit yang menyerupai reptil ini berada di lepas pantai. Pengunjung yang ingin mengambil gambar dari dekat bisa dilakukan dari atas perahu saat wisata pulau (island tour).

P1060483

Batu burung, ada juga yang menyebutnya batu komodo, landmark Tanjung Kelayang

Pulau Pasir
Pulau ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai gosong pasir karena hanya terdiri dari gundukan pasir yang berada di tengah laut. Sama seperti gosong pasir pada umumnya, Pulau Pasir ini pun terbentuk akibat dinamika gelombang dan arus laut di perairan sekitarnya dan umumnya hanya muncul saat muka laut surut. Oleh karena itu, pulau ini merupakan pulau pertama yang disinggahi dalam wisata pulau. Selain hamparan pasir yang berbentuk melengkung di tengah laut, daya tarik lain pulau temporer ini ialah kehadiran spesies bintang laut berduri (Protoreaster nodosus).

P1060538

Pulau Pasir atau lebih tepat disebut gosong pasir

Pulau Batu Berlayar
Deretan granit setinggi kl 10 meter yang berbaris tegak seperti deretan layar pada perahu layar, itulah daya tarik Pulau Batu Berlayar ini. Pulau ini tidak selalu menjadi pulau kedua yang dikunjungi. Saat cuaca kurang bersahabat, pulau ini justru menjadi pulau terakhir yang dikunjungi setelah Pulau Lengkuas dan Pulau Burung. Memang tidak banyak yang bisa dieksplor dari pulau ini selain pesona deretan granit dan perairan sekitarnya yang dangkal dan jernih.

DSCF1546

Deretan batu di Pulau Batu Berlayar

Pulau Burung
Berbeda dengan Pulau Batu Berlayar, pulau ketiga yang dikunjungi dalam paket wisata pulau ini tidak hanya berisi granit. Pulau ini sudah berpenghuni walau hanya beberapa KK yang berprofesi sebagai petani rumput laut dan nelayan. Di pulau ini pengunjung bisa melakukan observasi pulau ataupun hanya sekedar berfoto di sekitar pantainya. Setidaknya ada 3 objek foto yang menarik, yaitu Batu Garuda, Batu Becinte dan kumpulan bintang laut jenis Sclerasterias yang benyak terdapat di pesisir Pulau Burung.

Picture1

Atas: Batu Garuda yang merupakan daya tarik utama Pulau Burung. Kiri Bawah: bintang laut yang banyak terdapat di pesisir Pulau Burung. Kanan Bawah: Batu Becinte yang diunduh dari situs http://www.belitungland.com

Sesuai namanya, Batu Garuda merupakan granit yang bentuknya menyerupai kepala Garuda Pancasila yang merupakan lambang negara kita. Granit yang fotogenik ini tidak berada tepat di pulau, namun agak ke tengah. Saat surut, batu ini dapat disinggahi dengan berjalan kaki karena kedalaman air hanya sebatas paha orang dewasa. Namun saat pasang, kedalamannya bisa mencapai hingga 2 meter.
Batu Becinte berada di sisi lain Pulau Burung, agak berjauhan dengan Batu Garuda. Disebut becinte mungkin karena sepasang tiang granit yang “menempel” ini mirip seperti orang yang sedang bercinta.

Pulau Lengkuas
Inilah pulau terluar, terjauh, dan terfavorit bagi para peserta wisata pulau sekaligus pulau yang paling lama disinggahi. Entah mengapa pulau ini disebut lengkuas, padahal tidak terlihat adanya tanaman lengkuas yang tumbuh di sekitar pulau ini. Ciri khas utama pulau ini ialah keberadaan mercusuar yang dibangun sejak pemerintahan kolonial Belanda. Ketika mercusuar ini dibangun, nama lengkuas sudah digunakan untuk menyebut pulau ini.

DSCF1395

Pulau Lengkuas dengan mercusuar yang menjadi ciri khasnya

Banyak objek menarik di pulau ini, seperti bermain-main atau berendam di antara hamparan granit, berenang, menikmati keindahan pulau dari atas mercusuar, snorkling, atau sekedar menikmati suasana pulau sambil menyantap kelapa muda. Ada yang menarik dari hamparan granit di pulau ini, yaitu arah kemiringan bongkahannya yang nampak seragam. Orientasi kemiringan tersebut membuat bongkahan granit tersebut seperti menggantuk. Arah orientasi kemiringannya relatif ke utara, mungkin terjadi lebih karena pola rekahan pada granit tersebut mengingat pada batuan beku jenis granit, tidak lazim terdapat kemiringan lapisan batuan.

P1060572

Hamparan granit di Pulau Lengkuas dengan kemiringan yang seragam. Arah utara berada di kiri foto.

Pulau ini sebenarnya tidak berpenghuni, hanya petugas jaga mercusuar beserta beberapa temannya yang menghuni pulau ini. Pengunjung bisa naik ke mercusuar setelah menyumbang uang seikhlasnya namun tidak boleh kurang dari Rp 5000,- yang dimasukkan ke dalam kotak yang telah disediakan. Dari puncak mercusuar, kita bisa melihat keindahan pulau-pulau yang dikunjungi sebelumnya dengan latar belakang daratan utama Pulau Belitung. Jernihnya perairan pulau membuat kumpulan koral dan gradasi biru di sekitar pulau terlihat jelas. Perbatasan zona koral dan perairan dalam ternyata menjadi lokasi snorkling di pulau ini.
Fasilitas snorkling yang disediakan pengusaha wisata tur terbilang lengkap termasuk pelampung standar dan kacamata yang telah disewa di Tanjung Kelayang sebelum memulai wisata pulau. Perlengkapan tersebut merupakan pilihan pengunjung, bagi mereka yang mahir menyelam, biasanya tidak menyewa pelampung. Tak ada batasan waktu bagi pengunjung untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Lengkuas. Kalaupun ada, batasan tersebut ialah cuaca yang kurang bersahabat di sore hari.

Kota batu di tengah laut
Wisata pulau yang sudah dijalankan selama ini merupakan awal yang bagus untuk mengenalkan pesona Pulau Belitung selain lokasi syuting film Laskar Pelangi di Tanjung Tinggi dan Gantong. Tanjung Kelayang beserta 4 pulau lain cukup untuk merepresentasikan menikmati pantai ala Belitung.
Tumpukan granit itu sendiri sebenarnya banyak juga dijumpai di daratan. Namun tanpa cerita geologi yang dikemas dengan baik, tumpukan granit tersebut tidak lebih dari sebuah gunung batu yang hanya menantang untuk didaki walau tidak tinggi. Padahal granit tersebut berusia 200 juta tahun atau pada jaman Trias (Priem et al., 1975 dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995), awal mula era dinosaurus mendominasi planet bumi. Menarik untuk diketahui, bagaimana granit yang sejatinya batuan dalam perut bumi dapat terekspos ke permukaan bahkan muncul di tengah laut dengan bentuknya yang unik dan fotogenik.
Hamparan granit tersebut memberikan keharmonisan warna alam yang indah dipandang. Perpaduan antara biru lautan, putih granit dan biru langit dari atas perahu menghasilkan eksotisme pantai yang tiada tara. Laksana berkunjung ke kota batu di tengah birunya laut. Penduduk setempat pun sudah potensi ini sehingga menolak semua ijin eksploitasi timah demi menjaga keutuhan kota batu tersebut.

Dimuat juga di Geomagz edisi Maret 2014